Bulan pergi, seperti biasa aq tak bisa menahan tangis ku.
Air mata ku begitu saja keluar, saat ku sadar, takkan ada lagi sosoknya.
Mulai terlintas apa saja yang telah kuperbuat selama ini dengan menjadikannya sandaran dan alasan akan semua hal.
Aku mentari, bertemu kawan, sahabat, kekasih dan keluarga dalam 1 sosok “Bulan” 2,5 tahun yang lalu.
Kawan saat kami bermain, sahabat karena ia selalu ada, kekasih tuk perhatiannya,dan keluarga karena mau selalu peduli.
Dua setengah tahun, cukup tuk membuat ku sulit menerima kenyataan bahwa tak selamanya bulan ada untuk ku. Ketegaran selalu q tunjukan, karena aq mentari, begitu ia memangilku. tak pernah sekalipun aq menangis dihadapan bulan, senyum selalu q sajikan, kecerian tak habis jika harus berhadapan dengannya.
Hingga hari ini, aq sadar, tak selamanya bulan akan ada disisi,
tak selamanya tangan itu akan merangkul..
tak selamaya mata itu akan mengawasi…
tak selamnya telinganya kan mendengarkan..
Bulan, sosok luar biasa yang selalu ada,
sama seperti namanya, ia ada saat gelap malam, begitu mempesona di tengah jutaan bintang,
unik, hanya ada satu dan aku begitu tergantung padanya.
Hari ini, saat mentari meredup,
saat snyum pun enggan tersimpul di wajah ku..
saat air mata pun telah tak sanggup lagi ku kelurkan..
karena hati ini sudah lelah, akan banyak hal.. saat tertatih q coba berdiri, sendiri…
teringat lagi akan bulan,
mentari meredup..
bersembunyi di antara kesalahan dan kelemahan yang ia punya,
tertatih..